
Penulis : Ashar Nuzulul Putra, SKM (alumni terbaik Mitra RIA Husada, sekarang sedang menempuh kuliah S2 Epidemiologi di FKM UI)
Sebuah indeks pembangunan masyarakat dapat diukur dari baik tidaknya sektor pendidikan, sektor kesehatan dan sektor ekonomi sebuah negara. Indonesia yang notabene masih menjadi sebuah negara yang mencari jati diri sebagai negara berkembang memiliki tantangan yang cukup sulit untuk membenahi 3 sektor tersebut. Maka dari itu, pemerintah berharap melalui sebuah perguruan tinggi nantinya akan tercetak seorang diploma, sarjana, magister atau doktor yang memiliki peran sangat penting dalam keberlangsungan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mahasiswa sebagai Agent of Change, Iron Stock, dsb. adalah bukti bahwa pendidikan di tingkat perguruan tinggi akan menjadi sangat penting perannya sebagai sebuah wadah untuk mahasiswa belajar mengembangkan budaya ilmiah dan belajar mengabdi kepada kepentingan rakyat atau masyarakat.Mahasiswa tentunya memiliki peran besar di masa yang akan datang, karena mahasiswa nantinya akan memasuki tahap di mana mereka menjadi penggerak bangsa ini. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Prof. Anies Baswedan, dunia yang akan dihadapi oleh mahasiswa ketika lulus nanti dianalogikan sebagai Lautan, dan Perguruan Tinggi berperan sebagai Kolam Renang. Apakah lebih baik belajar berenang di lautan ketimbang di kolam renang? Artinya sebuah perguruan tinggi harusnya menjadi tempat di mana mahasiswa belajar mengembangkan diri, mengeksplorasi diri melalui budaya berorganisasi, berpikir dan bersifat kritis, berpikir analitis dan beraksi nyata. Menurut beliau, IPK yang tinggi hanya akan mengantarkan kita ke meja interview, tetapi berorganisasi, berpikir analitis dan bersifat kritis akan membawa kita kepada masa depan. Lantas masihkah pantas sebuah perguruan tinggi melarang mahasiswanya untuk BERPIKIR dan BERSIFAT KRITIS ?.
Tuntutan dinamika permasalahan bangsa ini hanya bisa di selesaikan dengan pemikiran kritis disertai aksi yang nyata. Tanpa berpikir kritis maka persoalan bangsa ini hanya akan di anggap angin lalu dan itu salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kualitas bangsa ini. Berpikir kritis memiliki beberapa manfaat, yaitu:
- Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen;
- Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas;
- Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif;
- Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat;
- Membiasakan berpikiran terbuka;
- Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada lainnya
6 poin di atas adalah bukti nyata dari manfaat BERPIKIR KRITIS karenanya akan mengantarkan mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi ke masa depan. Lantas sekarang timbul sebuah pertanyaan, jadi tanggung jawab siapakah hal ini? Karena sesungguhnya, jika sebuah perguruan tinggi mampu melahirkan mahasiswa-mahasiswa yang mampu berpikir analitis dan kritis serta mampu beraksi nyata maka sesungguhnya perguruan tinggi tersebut telah berhasil melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang sebenar-benarnya.
STIKes Mitra RIA Husada berdiri sejak 2004. Telah cukup lama menyelenggarakan pendidikan kesehatan untuk melahirkan tenaga kesehatan yang diharapkan mampu bekerja membangun bangsa ini bersama-sama dari sektor kesehatan. Untuk menjadi sebuah perguruan tinggi yang maju, prestasi akademik mahasiswanya saja tidak cukup, tapi perlu lebih dari itu, yaitu pergerakan keaktifan kreativitas mahasiswa untuk mengharumkan nama almamaternya di luar institusinya. Hal ini menjadi sulit jika tidak ada pembinaan berkelanjutan terhadap karakter mahasiswanya, apalagi jika mahasiswa dituntut hanya untuk belajar tanpa mengenal dunia luar. Maka dari itu, pembinaan alumni menjadi sangat penting dalam membentuk karakter mahasiswa. Pembinaan yang sebaiknya dilakukan oleh alumni sebuah perguruan tinggi secara berkelanjutan adalah di tingkat pengembangan karakter para juniornya dalam hal terkait pola berpikir kritis, analitis dan beraksi nyata. Pembinaan alumni terhadap juniornya menjadi salah satu silaturahmi yang tidak boleh putus, karena para alumni-lah yang memiliki peran membantu mengenalkan “dunia” yang nantinya rekan-rekan mahasiswa hadapi dan juga sebagai sebuah penyampai pesan bahwa “belajarlah berenang di kolam renang agar nantinya siap terjun ke lautan bebas”. Tujuannya selain membentuk mahasiswa berkarakter pejuang kepentingan masyarakat, juga membentuk jiwa kepemimpinan setiap mahasiswa.
Langkah awal dalam proses pembentukan karakter mahasiswa adalah dengan melaksanakan “Team Building”, yang fungsinya mempererat hubungan tiap mahasiswa, membangun suasana kekeluargaan mahasiswa sebagai bentuk kesadaran akan satu naungan atau satu almamater, dan membentuk pribadi mahasiswa yang mampu dan bisa bekerja sama secara sistematis. Tentunya Perguruan Tinggi manapun sangat ingin mahasiswanya kelak menjadi Tokoh Besar yang ikut berjuang mengawal bangsa Indonesia ke arah yang tepat dan menjadi lebih baik. Untuk itu, semoga langkah awal ini menjadi langkah perubahan nyata akan kebutuhan bangsa ini yang hanya akan mampu diselesaikan oleh para mahasiswa bertipe “MASA DEPAN”Analitis dan Kritis serta Beraksi nyata.
Wassalam...